[Cerpen] Pandu dan Planet M84
Tahun 2084, warga Bumi berhasil menjelajah Planet M84 dengan menjalin hubungan kerja sama dengan warga disana. Membuka banyak kemungkinan bagi kemajuan dua planet.
Uniknya warga M84 memiliki fisik layaknya kelinci Bumi, hanya saja dengan bentuk yang lebih besar dan kemampuan berjalan dengan kedua kaki.
Pandu, putra dari Jenderal Armada Angkasa Skuadran 004 terpaksa mengikuti ayahnya dinas disana.
"Ayah apa baiknya aku menyelesaikan pendidikan SMA di Bumi. Lagi pula aku sudah memasuki kelas XI, hanya menunggu satu tahun lagi untuk lulus SMA."
"Pandu ayolah, ini kesempatan baik bagimu untuk mendapatkan pengalaman baru. Coba kamu pikirkan lagi, kamu termasuk salah satu warga Bumi pertama yang memijak tanah M84!"
"Tapi aku sudah nyaman disini..."
"Ayah yakin kamu bisa beradaptasi disana, Pandu. Memangnga siapa lagi yang ingin mengurusimu di Bumi setelah kematian Ibu mu?"
Mendengar itu, Pandu jelas tidak memiliki pilihan untuk tinggal di Bumi.
Perjalanan antariksa membutuhkan waktu 6 bulan penuh bagi Pandu dan Ayahnya. Sesampai disana mereka disambut baik oleh warga M84.
"Selamat datang di M84, kami menantikan kedatangan kalian disini" ujar seorang panglima angkasa M84.
(("Ayah, aku tak tahu mereka bisa berbahasa Indonesia")) bisik Pandu.
(("Mereka memiliki kemampuan pemahaman bahasa yang sangat tinggi, sehingga memahami percakapan manusia sangatlah mudah bagi mereka.")) jawab Ayahnya.
Warga M84 kemudian menunjukkan rumah dinas yang akan ditempati Pandu.
Rumah itu terlihat sangat futuristik dengan teknologi yang belum pernah ada di Bumi. Pandu berpikir
"Mungkin akan nyaman tinggal disini..."
Keesokan paginya, Ayah pandu mengingatkannya untuk berangkat sekolah.
"SEKOLAH??"
"Iya kamu harus bersiap-siap sekarang"
Pandu bergegas memakai seragam yang telah disiapkan ayahnya. Menggoes sepeda layangnya menuju sekolah barunya.
"Hufft akhirnya sampai juga tepat waktu"
Sebelum mulai belajar, Pandu dipasangkan alat penerjemah di telinganya agar ia dapat berbicara dan memahami bahasa M84.
"Silahkan perkenalkan dirimu didepan kelas, Pandu" ujar wali kelasnya.
"Ummm.. Hai semua..."
(("Aku terdengar aneh sekali dengan bahasa M84"))
"Perkenalkan namaku Pandu, dari planet Bumi yang jaraknya kira-kira 40 juta tahun cahaya dari sini. Butuh waktu 6 bulan penuh untuk sampai kesini... kukira sekian perkenalanku terimakasih"
Pandu melanjutkan pembelajaran di sekolah, dia merasa sangat tidak nyaman disana karena sekolah terasa sangat asing baginya.
Seorang teman kelasnya mendekatinya dan berusaha untuk mengobrol dengannya, namun Pandu terlihat enggan dan malah kabur ke toilet sekolah.
Ia masuk ke bilik kedua dari toilet siswa
(("Tolonglah aku sangat tidak suka sekolah disini, kalau dilihat lagi warga M84 terlihat sangat aneh, cara salam mereka dengan lompat-lompat dua kali juga aneh, rasanya pengen pulang saja ke Bumi")) oceh Pandu pelan-pelan.
Tiba-tiba terdengar ketokan dari bilik pertama.
'TOK-TOK-TOK'
Pandu terkejut.
"Siapa itu!?"
"Jangan cengeng dasar anak manusia!"
"Hah?! Tunggu dari logatmu, kamu terdengar seperti manusia juga"
"Kasusku sama sepertimu, anak dari Jenderal Armada Angkasa. Ayahku dari Skuadran 001, jadi aku datang lebih dulu darimu. Kenalkan, namaku Ibnu"
"Aku Pandu..."
"Iya aku sudah tau namamu, dari ayahku tepatnya, tadi malam ia bilang akan ada teman baru dari Bumi"
"Oh begitu, tapi apakah baiknya kita berbicara diluar saja? Begini aneh takut menganggu orang yang ingin buang air kecil (atau mungkin besar), hahaha"
"Betul juga ya, hahaha"
Mereka berdua keluar dari biliknya, melanjutkan perbincangan di taman sekolah.
"Ibnu, apakah kamu nyaman tinggal disini?"
"Awalnya aku sama sepertimu, tapi mengingat pepatah 'Dimana Bumi dipijak disitu Langit dijunjung' maksudnya dimanapun kamu berada disana kamu harus mengikuti nilai dan norma sosial yang berlaku, termasuk budaya penduduk"
"Pepatah itu tapi menggunakan kata 'Bumi' bukan? Kita kan bukan di Bumi.."
"Bumi disitu maksudnya ialah tanah yang kita pijak. Aku rasa di zaman perkembangan diplomasi antariksa ini, pepatah itu bisa saja digunakan di planet mana saja"
"Jadi intinya tetap saja pepatah itu tidak membantuku, bukan?"
"Coba kamu perdalam maksud pepatah itu lagi. Intinya untuk merasa nyaman disini kamu harus mulai beradaptasi. Jangan karena semua disini berbeda dengan Bumi kamu tolak mentah-mentah. Kalau dipikir-pikir cara salam loncat-loncat mereka untuk menandakan hormat dengan sesama itu menarik, bukan?"
"Iya juga sih..."
"Selain itu, tidak ada salahnya menjalin hubungan pertemanan dengan warga M84. Hanya karena mereka berbentuk seperti kelinci berbicara bukan berarti kamu bisa seenaknya menolak keberadaan mereka. Coba kamu bayangkan jika mereka ialah temanmu di Bumi, pasti bila diperlakukan seperti itu mereka merasa tersinggung"
"Baiklah, sudah kuputuskan mulai sekarang aku akan beradaptasi dengan keadaan disini, aku juga nggak mau menyusahkan ayahku dengan mengeluh terus!"
"Baguslah kalau aku dapat membantu keluhanmu, Pandu"
"Terimakasih banyak ya, Ibnu!"
Keesokan paginya Pandu terlihat rapih bergegas ke sekolah, sampai membuat ayahnya bingung karena ia sesemangat itu.
"Aku berangkat, yah~"
"Tumben semangat sekali, hati-hati dijalan!"
Pandu sekarang mulai menyukai hidup di Planet M84. Ia berhasil beradaptasi dengan keunikan hidup disana. Ia berhasil berteman dengan banyak warga M84 yang juga penasaran ternyata dengan kehidupan di Bumi. Pandu senantiasa menceritakannya tiap jam istirahat. Walau itu membuatnya rindu dengan tanah Bumi, tapi ia tetap menghargai tiap waktu yang ia lalui di Planet M84!
Comments
Post a Comment